KAWASAN MANDEH, EKSOTISME PERAIRAN DI SELATAN SUMATERA BARAT

Labuhan Kapal di Kawasan Mandeh

Long weekend di September 2015, ketika musim kabut asap menyapa, dan musim penghujan belum kunjung datang. Saya dan kawan bergerak menuju selatan dari Kota Padang. Menuju sebuah kawasan wisata dengan pantai dan perbukitan yang menyatu serta dikelilingi pulau-pulau. Suatu ciptaan Tuhan yang menyajikan keindahan alam yang istimewa.

Kawasan Mandeh menjadi tujuan saya dikala jeda sibuknya kehidupan di ibukota. Kesempatan mudik yang bertepatan dengan libur Idul Adha. Sehari setelah Idul Adha, mengajak kawan untuk eksplorasi ke sana. Menuju Mandeh yang waktu itu hangat diperbincangkan di berbagai media.  


Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam, dengan kendaraan roda dua. Tak begitu sulit menemukan jalur menuju Puncak Mandeh - spot favorit kala itu. Terdapat rambu-rambu yang cukup jelas sebagai penunjuk jalan ke arah Mandeh. Saya dan kawan tiba Puncak Mandeh, dari sini kita bisa melihat panorama kawasan Mandeh secara keseluruhan, laut,  perbukitan,  serta jajaran pulau-pulau yang mengitari nya.

Puncak Mandeh 

Waktu menunjukan pukul 10.00 Matahari sudah mulai meninggi. Di Puncak Mandeh kita beristirahat sejenak, sambil menikmati panorama yang indah. Sayangnya, kabut asap kiriman dari tetangga sebelah, mengurangi kadar birunya langit dan lautan kawasan Mandeh. Tapi itu tak terlalu berdampak pada keindahan yang ditawarkan di panorama kawasan Mandeh. 

Perjalanan sejatinya adalah untuk tetap terus bergerak, menelusuri hal-hal yang baru. Setelah cukup beristirahat sejenak di Puncak Mandeh, kami pun bergerak menelusuri jalanan yang baru diperlebar menuju Kampuang Mandeh. Jalanan dengan tekstur bebatuan dan ditimbun tanah kuning, mengular  di pinggir lautan menuju ke arah utara. Awalnya kami akan meneruskan perjalanan ke Kampuang Mandeh. Namun tekstur jalan tidak begitu cocok dengan roda motor matic kami, yang menjadikan kami berhenti di sebuah pondok di atas bukit yang menjorok ke laut.

Tujuan Berikutnya

Di pondok itu, ada pria paruh baya yang sedang beristirahat setelah membersihkan ladang nya. Kami menyapa dan mengobrol sejenak. Setelah minta izin untuk memarkirkan kendaraan, Saya dan kawan mencoba menjelajahi tempat itu, semenanjung yang belum terjamah wisatawan.
View dari salah satu sudut

Memang, tempat itu pada hari biasanya hanyalah ladang warga, yang ditumbuhi pepohonan dan ilalang. Tapi saya melihat sesuatu yang menarik dari tempat itu. Spot yang bisa menjadi sebuah potensi wisata jika dikelola dengan baik. Saat tulisan ini dibuat, saya kurang tahu bagaimana kondisinya sekarang.


Setelah berjalan menelusuri ilalang dan potongan ranting pohon yang menghalangi jalan. Kita tiba di tempat yang lapang, yang mungkin baru dibersihkan oleh pemiliknya. Terlihat dari bekas-bekas pembakaran ranting pohon dan semak belukar. Pemandangan indah nampak di depan mata. Bentangan lautan biru yang dikeliling oleh pulau dan perbukitan. Di arah utara dari kami berdiri, berjejer tanaman bakau yang tumbuh subur di perairan. Sebuah pemandangan yang rugi untuk tidak dipotret.


Panorama Hutan Bakau 

Panorama Hutan Bakau


Terus melangkah ke arah barat, menuju ujung tebing. Ekspektasi yang saya bayangkan seperti perbukitan berumput yang ada di Nusa Tenggara sana, dengan pemandangan lautan yang biru. Walaupun sedikit di bawah ekspektasi saya, ini adalah suatu keindahan alam yang menakjubkan. Bukit tanah coklat nan eksotis yang ditumbuhi semak dan pohon-pohon kecil dengan background laut biru dan pulau pulau. Lelah yang terbayarkan oleh pengalaman dan pemandangan yang memukau.

View dari atas bukit


Jikalau waktu itu bukan musim kabut asap, akankah warna langit dan lautan menjadi lebih berwana? 


Sampai di ujung tebing, kami hendak mencari jalan untuk turun ke pantai di bawah, namun tak ada jalan lagi. Pinggir tebing ditutupi oleh semak semak yang tumbuh subur. Saya dan kawan mencoba mengabadikan gambar-gambar dari atas tebing. Momen yang sekarang sulit saya dapatkan ditengah kegiatan saya di Ibukota, butuh upaya lebih untuk menjelajahi alam yang masih asri.



Landscape yang sangat indah yang sayang untuk kawan-kawan lewatkan. Mungkin masih banyak spot tersembunyi dari kawasan Mandeh yang belum tereksploitasi. Sebuah eksotisme perairan di selatan Sumatera Barat. Sepotong surga yang tersembunyi yang dititipkan oleh Sang Pencipta ke Ranah Minang. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah untuk menjaga dan melestarikan alam ini.

Kapal Nelayan Berlabuh di Teluk Mandeh

Setelah dirasa cukup, penasaran telah terobati, dan matahari semakin tinggi. Kami bergerak kembali ke Puncak Mandeh untuk beristirahat. Mampir di warung setempat untuk mengisi perut dan melepas dahaga. Sembari membicarakan destinasi selanjutnya di sisa waktu yang masih ada setengah hari lagi sebelum gelap. Perjalanan berikutnya menuju lokasi yang tidak terlalu jauh dan masih dalam satu kawasan. Pantai Batu Kalang.

Pemandangan Teluk Mandeh dari Kejauhan

Lanjutan perjalanan ini, akan saya tuliskan setelah ini. Sepertinya di halaman baru, karena dirasa ini sudah terlalu panjang.
Kalau sekiranya tulisan ini mengispirasi kawan-kawan, saya tak keberatan agar ceritanya juga dibagikan, agar kita terus bisa menjelajahi alam.
Sekian kawan.

Komentar

Postingan Populer